KEGIATAN DOSEN

PELAKSANAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI- PENGAJARAN-PENELITIAN-PENGABDIAN MASYARAKAT

Selasa, 31 Desember 2013

MK-PERILAKU ORGANISASI ( STIA BAGASASI)


ASAS ASAS PERILAKU ORGANISASI
                                       
BAB  I                BEKERJA DENGAN ORANG

Manusia adalah pusat dan ukuran semua hal
Ernesto Imbassahy de Mello
Apabila Anda menggali jauh ke dalam setiap masalah,
Anda akan menemukan “orang-orang”
J. Watson Wilson

TUJUAN BAB
Untuk Memahami:
Arti Perilaku Organisasi
Beberapa Unsur Perilaku Organisasi
Saat-saat puncak dalam sejarah awal Perilaku Organisasi
Konsep dasar Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi Holistik


PENDAHULUAN

Organisasi adalah system social. Apabila kita ingin bekerja dalam organisasi atau mengelolanya, kita perlu memahami cara kerjanya. Organisasi mengkombinasikan ilmu dan orang-teknologi dan kemanusiaan. Teknologi sendiri cukup sulit, tetapi apabila anda menambahkan unsure orang, anda akan memperoleh system social yang sangat rumit yang hamper-hampir tidak dapat dipahami. Akan tetapi, masyarakat harus memahami organisasi dan memanfaatkannya dengan baik karena organisasi diperlukan untuk mencapai kemaslahatan peradaban. Organisasi diperlukan untuk menciptakan perdamaian dunia, system sekolah yang berhasil, dan tujuan lain yang ingin dicapai manusia. Kelangsungan hidup masyarakat modern tergantung pada organisasi.
Perilaku manusia dalam organisasi agaknya tidak dapat diperkirakan seperti yang kita ketahui sekarang. Perilaku itu tidak dapat diduga karena timbul dari kebutuhan dan system nilai yang terkandung dalam diri manusia. Akan tetapi, hal ini sebagai dapat dipahami dalam kaitannya dengan kerangka ilmu perilaku, manajemen, dan disiplin ilmu lainnya ( tujuan tulisan ini). Tidak ada rumus yang sederhana untuk bekerja dengan manusia. Tidak ada pemecahan yang sempurna bagi masalah organisasi. Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemahaman dan ketrampilan kita agar dapat memperbaiki hubungan manusia di tempat kerja. Tujuan ini menantang dan berharga. Kita dapat bekerja efektif dengan manusia apabila kita dipersiapkan untuk memikirkannya dalam artian manusiawai. Pertimbangan situasi berikut di mana motivasi seorang manajer meningkat setelah sekian lama pasif dengan prestasi yang minimum.

MEMAHAMI PERILAKU ORGANISASI

Definisi
Perilaku organisasi
adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia. Perilaku organisasi dapat diterapkan secara luas dalam perilaku orang-orang di semua jenis organisasi, seperti bisnis, pemerintahan, sekolah dan organisasi jasa. Apapun organisasi itu, ada kebutuhan untuk memahami perilaku organisasi.
Unsur pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur , teknologi, dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Apabila orang-orang bergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan, diperlukan jenis struktur tertentu. Orang-orang juga menggunakan teknologi untuk membantu penyelesaian pekerjaan, jadi ada interaksi antara orang, struktur, dan teknologi, seperti terlihat dalam gambar 1.1.  Di samping itu, unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh lingkungan luar, dan unsur itu juga mempengaruhinya. Masing-masing unsure perilaku organisasi itu akan diulas secara singkat.
Orang :
Orang-orang membentuk system social intern organisasi. Mereka terdiri dari orang-orang dan kelompok, serta kelompok-kelompok besar, termasuk juga kelompok kecil. Selain itu ada juga kelompok tidak resmi dan informal, serta berbagai kelompok yang lebih resmi dan formal. Semua kelompok itu dinamis. Kelompok’terbentuk’, berubah, dan bercerai-berai. Dewasa ini organisasi manusia tidak sama dengan organisasi yang serupa di masa lampau, atau sehari sebelumnya. Orang-orang adalah makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup untuk melayani organisasi.

Struktur :
Struktur menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi. Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan semua aktivitas organisasi. Ada manajer dan pegawai bukan manajer, akuntan, dan perakit. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan mereka efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerja sama, perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.

Teknologi :
Teknologi menyediakan sumberdaya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan. Mereka tidak dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong, jadi mereka mendirikan bangunan, merancang mesin, menciptakan proses kerja, dan merakit sumber daya. Teknologi yang dihasilkan menimbulkan pengaruh signifikan atas hubungan kerja. Lini perakitan tidak sama dengan laboratorium penelitian, dan pabrik baja tidak memiliki kondisi kerja yang sama dengan rumah sakit. Teknologi yang besar berguna sebagai sarana yang memungkinkan manusia melakukan lebih banyak pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik. Tetapi teknologi juga menghambat orang-orang dalam berbagai cara. Teknologi mengandung kerugian dan juga maslahat bagi manusia.

Lingkungan :
 Semua organisasi beroperasi di dalam lingkungan luar. Organisasi tidak dapat berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari system yang lebih besar yang memuat banyak unsure lain, seperti pemerintah, keluarga, dan organisasi lainnya. Semua unsure ini saling mempengaruhi dalam suatu system yang rumit yang menjadi corak hidup sekelompok orang. Suatu organisasi, seperti pabrik atau sekolah, tidak dapat menghindar dari pengaruh lingkungan luar. Lingkungan luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan menimbulkan persaingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan. Oleh karena itu, lingkungan luar harus dipertimbangkan untuk menelaah perilaku manusia dalam organisasi

Orang
 
Lingkungan Luar
Organisasi
                                                                                                                                                           
Teknologi
Gambar 1.1  Unsur-unsur pokok dalam perilaku organisasi
Struktur
 

Sudut Pandang Administrasi

Semua orang dalam organisasi berurusan dengan upaya meningkatkan perilaku organisasi. Juru tulis, masinis, dan manajer bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku kehidupan dalam organisasi. Akan tetapi, para manajer cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar, karena merekalah yang mengambil keputusan yang mempengaruhi banyak orang dalam organisasi, dan hamper seluruh aktivitas mereka sehari-hari berotientasi manusia. Para manajer mewakili system administrasi, atau system manajemen, dan peranan mereka adalah mendayagunakan perilaku organisasi untuk meningkatkan hubungan orang-organisasi, seperti terlihat dalam gambar 1.2.  Para manajer berusaha menciptakan iklim yang kondusif untuk memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan menjadi orang-orang yang lebih efektif.Apabila perilaku organisasi berhasil diterapkan, ia menjadi system imbalan rangkap tiga ( triple reward system) di mana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat menyatu. Orang-orang merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerja sama dan kerja tim. Mereka belajar, tumbuh, dan memberikan kontribusi. Organisasi juga lebih berhasil, karena beroperasi secara lebih efektif. Kualitas meningkat dan kerugian menyusut. Barangkali yang memperoleh maslahat terbesar dari system imbalan rangkap tiga adalah masyarakat itu sendiri, karena ia dapat memperoleh produk dan pelayanan lebih baik, warga Negara lebih baik, dan iklim kerja sama dan kemajuan. Dengan demikian, semua pihak mengalami kemenangan.
Perilaku Organisasi
Hubungan Orang-Organisasi yg lebih baik
Sistem Administrasi
Tujuan Manusia
Gambar 1.2 .  Sistem Administratif dalam Perilaku Organisasi

Tujuan Organisasi
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
Tujuan Masyarakat
 

SEJARAH PERKEMBANGAN PERILAKU ORGANISASI

Asal- Usul Sejarah
Meskipun hubungan manusia telah terwujud sejak awal kehidupan, kiat(art) dan ilmu yang mencoba menanganinya dalam bentuk organisasi yang rumit relative masih baru. Pada zaman dahulu orang-orang bekerja sendiri atau dalam kelompok-kelompok yang sedemikian kecilnya sehingga hubungan kerja mereka dapt ditangani dengan mudah. Ada asumsi yang popular bahwa dalam kondisi seperti itu orang-orang bekerja dalam kebahagiaan dan kecukupan utopi, tetapi asumsi itu sebagian besar merupakan penafsiran ulang terhadap nostalgia sejarah. Keadaan yang sebenarnya cenderung brutal dan sangat melelahkan. Orang-orang bekerja dari fajar hingga senja dalam kondisi yang tidak sehat, kotor, bahaya, dan kelangkaan sumber daya yang tidak dapat ditolerir. Mereka harus bekerja dalam kondisi seperti itu untuk melangsungkan hidup, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk meningkatkan kepuasan kerja(job satisfaction).
Kemudian terjadi revolusi industry. Semula kondisi orang-orang tidak membaik, tetapi akhirnya disemaikan benih peningkatan yang potensial. Industri menghasilkan surplus barang dan pengetahuan yang akhirnya membuahkan kenaikan gaji bagi karyawan, jam kerja lebih singkat, dan kepuasan kerja lebih besar. Dalam lingkungan industry yang baru ini, Robert Owen, orang muda pemiliki pabrik Wales, sekitar tahun 1800, merupakan salah satu yang pertama kali menekankan kebutuhan manusiawi para pegawai. Ia menolak mengkaryakan anak-anak. Ia mengajar para karyawan tentang pentingnya keberhasilan dan kesederhanaan serta meningkatkan kondisi hidup mereka. Hal ini tentunya sukar diacu sebagai perilaku organisasi modern, tetapi itulah awalnya. Owen disebut sebagai”bapak kandung” administrasi modern oleh para penulis terdahulu.
Andrew Ure mengaitkan factor manusia dalam bukunya The Philosophy of Manufacturers, yang diterbitkan pada tahun 1835. Ure mengakui bagian mekanik dan komersial dari manufaktur, tetapi ia juga menambahkan factor ketiga, yaitu factor manusia. Ia menyediakan the hangat, perawatan kesehatan, “kipas angin” untuk ventilasi, dan bayaran sakit kepada para karyawan. Gagasan Owen dan Ure lambat diterima atau tidak diterima sama sekali, dan gagasan itu sering kali memburuk menjadi pendekatan paternalistic yang bersifat lakukan dengan baik ketimbang pengakuan tentang pentingnya manusia di tempat kerja.

Perkembangan Awal
Perhatian terhadap aspek manusia di empat kerja didasarkan oleh Frederick W. Taylor di Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an. Taylor sering disebut sebagai” bapak manajemen keilmuan”, dan perubahan yang ditimbulkannya bagi manajemen meratakan jalan bagi pengembangan perilaku organisasi selanjutnya. Hasil kerjanya akhirnya menimbulkan peningkatan pengakuan dan produktivitas bagi para karyawan industry. Taylor mengemukakan bahwa apabila memang ada mesin terbaik untuk melaksanakan suatu pekerjaan maka tentunya ada cara terbaik bagi orang-orang untuk melakukan pekerjaan mereka. Meskipun tujuannya masih menekankan efisiensi teknis, paling sedikit para manajer disadarkan tentang pentingnya salah satu sumber daya yang selama ini diabaikan.
Karya utama Taylor diterbitkan pada tahun 1911. Selama dasawarsa itu perhatian terhadap kondisi manusia di tempat kerja dipercepat oleh Perang Dunia I. Pada awal itu dibentuk The National Personnel Association, dan kemudian, pada tahun 1923, badan itu menjadi The American Management Association                           ( Perhimpunan Manajemen Amerika), yang menyandang thema” Semata-mata Mencurahkan Perhatian terhadap Faktor Manusia dalam Dunia Perdagangan dan Industri”. Selama periode itu Whiting Williams sedang menelaah karyawan pada saat bekerja dengan mereka, dan pada tahun 1920 ia menerbitkan penafsiran terhadap pengalamannya yang signifikan dalam buku yang berjudul What’s on the Worker’s Mind”.
Mayo dan Roethlisberger
Pada tahun 1920-an dan 1930-an Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger mengukir kepopuleran akademik pada studi tentang perilaku manusia di tempat kerja di Universitas Harvard. Mereka menggunakan wawasan yang tajam, pemikiran sungguh-sungguh, dan latar belakang sosiologis dalam percobaan industry yang dilakukan di Pabrik Hawthorne, the Western Electric Company. Hasilnya adalah konsep bahwa organisasi merupakan system social dan karyawan sesungguhnya merupakan unsure paling penting di dalamnya. Berbagai percobaan yang mereka lakukan mengungkapkan bahwa karyawan bukan sekedar alat tetapi suatu personalitas yang rumit yang berinteraksi dalam suatu kelompok yang acap kali sukar dipahami.
Bagi Taylor dan penerusnya, masalah-masalah manusia merintangi jalan produksi dan karenanya harus diperkecil. Bagi Mayo, masalah-masalah manusia menjadi bidang telaah baru yang luas dan kesempatan untuk maju. Mayo diakui sebagai bapak dari apa yang kemudian diacu sebagai hubungan manusiawi dan kemudian dikenal sebagai perilaku organisasi. Taylor meningkatkan produksi dengan menalarkannya. Mayo dan para pengikutnya berupaya meningkatkan produksi dengan memanusiakannya.
Penelitian Mayo-Roethlisberger sangat dikecam karena tidak cukup dikendalikan dan ditafsirkan, tetapi gagasan pokoknya, seperti system social di dalam lingkungan kerja telah berdiri kukuh melalui ujian waktu. Hal yang penting adalah bahwa gagasan mereka merupakan hasil penelitian yang substansial tentang perilaku manusia di tempat kerja, dan luas pengaruhnya.
Dalam tahun 1940-an dan 1950-an, proyek penelitian yang penting lainnya dikembangkan dalam sejumlah organisasi, termasuk the Research Centre for Group Dynamics, University of Michigan ( khususnya kepemimpinan dan motivasi); Personnel Research Board, Ohio State University ( Kepemimpinan dan Motivasi); Tavistock Institut of Human Relations di London ( berbagai pokok bahasan); dan the National Training Laboratories di Bethel, Maine ( dinamika kelompok). Hasil penelitian itu muali merasuk ke masyarakat bisnis dan akademis, yang selanjutnya mendorong minat baru dalam perilaku orang-orang di tempat kerja. “Era hubungan manusiawi” telah dimulai.
Penekanan baru atas aspek manusia di tempat kerja merupakan hasil dari kecenderungan yang telah berkembang melalui periode waktu yang panjang. Hal ini membantu menyeimbangkan kembali nilai-nilai manusia dengan nilai lainnya di tempat kerja. Akan tetapi, bagian situasi yang tidak menguntungkan adalah bahwa konsep hubungan manusiawi tumbuh sedemikian pesatnya sehingga banyak pula berkembang keisengan dan kedangkalan. Sebagaian praktikus muali mengutamakan senyum lebar,”bersikap ramah kepada orang-orang”, dan “senangkan hati mereka”, dan pada saat yang sama secara halus berusaha memanipulasi pegawai. Pendekatan ini diilustrasikan dengan kartun dalam gambar seorang humoris yang menyatakan” Kita telah beralih dari’sentuhan gaib’ ekonomi Adam Smith ke’salam ramah’ hubungan manusiawi”. Praktek seperti itu menimbulkan berbagai kecaman yang cukup pantas.
Istilah”hubungan manusiawi” lambat laun kehilangan daya tarik, meskipun terus dimanfaatkan, khususnya pada tingkat operasional karena kesesuaiannya. Contohnya pernyataan bahwa “Penyelia adalah orang yang efektif dalam hubungan manusiawi”. Pada saat bidang ini semakin matang dan berdasarkan penelitian, istilah baru yang muncul melukiskannya adalah “Perilaku Organisasi”.
KONSEP DASAR
Setiap bidang ilmu social ( atau bahkan ilmu fisika) memiliki landasan konsep dasar filosofis, yang mempedomani perkembangannya. Sebagai contoh, dalam akuntansi, konsep dasar adalah bahwa “untuk setiap debet aka nada kredit”. Seluruh system akuntansi rangkap dibangun di atas filsafat ini pada saat ia menggantikan pembukuan tunggal bertahun-yahun yang lalu. Dalam fisika, filsafat dasarnya adalah bahwa semua unsure alam seragam. Hukum gaya berat berlaku sama di Tokyo dan London, dan hidrogin atom di Moskow identik dengan hidrogin atom di Washington,DC. Akan tetapi, hal yang serupa tidak dapat dikemukakan bagi manusia.
Seperti yang terlihat dalam gambar 1.3, perilaku organisasi bersangkut-paut dengan seperangkat konsep dasar di sekitar hakikat manusia dan organisasi.
Hakikat Manusia :                                                 1. Perbedaan individu. 2. Orang seutuhnya. 3. Perilaku yang termotivasi. 4. Nilai orang/martabat manusia
 
Hasil:
Perilaku Organisasi Holistik
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
Hakikat Organisasi:
1. Sistem Sosial. 2. Kepentingan bersama


Gambar 1.3. Konsep dasar Perilaku Organisasi
 
Hakikat Manusia
Dalam kaitannya dengan manusia, ada empat asumsi dasar : perbedaan individu, orang seutuhnya, perilaku yang termotivasi, dan nilai orang/martabat manusia.

Perbedaan Individu  Orang-orang memiliki banyak kesamaan ( mereka merasa senang, atau sedih karena kehilangan seseorang yang dicintainya), tetapi setiap orang dalam dunia ini juga berbeda secara individual. Pada perbukitan Greenland terhampar jutaan butiran salju yang tipis; namun kita cukup yakin bahwa masing-masing berbeda. Di atas bumi hidup jutaan orang yang rumit yang juga tidak sama( dan kita memperkirakan bahwa semua hal yang mengikuti akan berbeda)!. Masing-masing orang berbeda satu sama lain, barangkali dalam jutaan hal, sama halnya dengan sidik jari manusia yang tidak serupa, sepanjang yang kita ketahui semua perbedaan itu biasanya cukup penting. Sebagai contoh, bayangkan sel otak seseorang yang jumlahnyajutaan dengan jutaan pula kemungkinan kombinasi hubungan serta kepingan pengalaman yang dapat disimpan di dalamnya. Semua orang berbeda. Ini adalah fakta yang didukung ilmu.
Gagasan tentang perbedaan individu semula berasal dari psikologi. Sejak saat dilahirkan, setiap orang membawa keunikan masing-masing, dan pengalaman individu setiap kelahirannya cenderung membuat orang semakin berbeda. Perbedaan individu berarti bahwa manajemen dapat memperoleh motivasi terbesar di kalangan para pegawai dengan memperlakukan mereka secara berbeda. Apabila bukan karena perbedaan individu tentunya dapat diterapkan standar tertentu yang berlaku untuk semua orang dalam hal pengelolaan pegawai, dan hanya diperlukan kata putus                ( judgement) minimum. Perbedaan individu mensyaratkan bahwa keadilan dan kepantasan perlakuan terhadap para pegawai seyogyanya bersifat individual, jadi tidak bersifat statistic. Keyakinan bahwa masing-masing orang berbeda satu sama lain secara khas diacu sebagai Hukum Perbedaan Individu.
    
Orang Seutuhnya  Meskipun organisasi tertentu mungkin berharap untuk hanya menggunakan ketrampilan atau otak seseorang, yang mereka peroleh adalah diri orang itu seutuhnya, bukan karakteristik tertentu secara terpisah, tetapi dalam analisis terakhir semua cirri itu merupakan satu system yang membentuk manusia seutuhnya. Adanya ketrampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Kehidupan di rumah tidak dapat dipisahkan seluruhnya dari kehidupan di tempat kerja, dan kondisi emosional tidak terpisah dari kondisi fisik. Orang-orang berfungsi sebagai makhluk manusia seutuhnya.
Sebagai contoh, seorang penyelia( supervisor) menginginkan agar Windarti kerja lembur pada hari Rabu malam untuk menyusun laporan yang diperlukan segera. Windarti memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu. Windarti juga menginginkan bayaran tambahan. Akan tetapi, ia merasa bahwa kewajiban sosialnya tidak memungkinkannya bekerja malam itu. Hari itu adalah hari ulang tahun perkawinannya, dan ia telah merencanakan pesta ulang tahun itu di rumahnya dengan mengundang teman-teman. Bagi Windarti ulang tahun itu penting artinya, jadi penyelianya harus mempertimbangkan kebutuhannya sebagai manusia seutuhnya, bukan sekedar sebagai karyawan.

Apabila manajer mempraktekkan perilaku organisasi, ia bukan saja sedang berusaha mengembangkan pegawai lebih baik, tetapi ia juga ingin mengembangkan orang dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan pemenuhan ( fulfillment). Penelitian mengungkapkan bahwa pekerjaan sedikitnya memang membentuk orang-orang ketika mereka melaksanakannya, sehingga manajer perlu memperhatikan dampaknya atas diri orang itu secara keseluruhan. Selain menjadi pegawai dalam perusahaan tertentu, mereka juga menjadi anggota dalam berbagai organisasi lainnya, dan mereka memainkan banyak peran di luar perusahaan. Apabila pegawai dapat ditingkatkan sebagai manusia seutuhnya, maka maslahat yang diperoleh akan meluas melampaui batas lingkungan perusahaan ke dalam masyarakat yang lebih besar di mana pegawai itu bertempat tinggal.

Perilaku Termotivasi  Dari psikologi kita mengetahui bahwa perilaku normal memiliki sebab tertentu. Sebab ini mungkin berkaitan dengan kebutuhan seseorang dan/atau konsekuensi yang timbul dari tindakan. Dalam hal kebutuhan, orang-orang tidak termotivasi oleh hal-hal yang kita anggap harus mereka miliki tetapi oleh hal-hal yang mereka inginkan. Bagi orang lain, kebutuhan seseorang mungkin tidak realistic, tetapi mereka masih dapat mengendalikannya. Kenyataan ini menimbulkan dua cara pokok memotivasi orang. Hal itu dapat menunjukkan mereka bahwa tindakan tertentu akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan mereka, atau dapat berakibat menurunnya pemenuhan kebutuhan apabila mereka mengikuti arah tindakan yang tidak diinginkan. Jelas sekali jalan kearah meningkatnya pemenuhan kebutuhan merupakan pendekatan yang lebih baik.
Motivasi merupakan hal yang penting bagi penyelenggaraan organisasi. Tidak jadi soal betapapun banyak mesin dan peralatan yang dimiliki organisasi, hal itu tidak akan berfungsi apabila tidak digunakan dengan baik oleh orang-orang yang telah dimotivasi.
Bayangkan sejenak sebuah lokomotif yang tegak di stasiun kereta api. Semua rel dan peralatan berfungsi dengan baik; jadwal dan rute perjalanan telah ditentukan; tujuan telah ditetapkan; tiket telah terjual; dan para penumpang telah menduduki tempat masing-masing. Tidak jadi soal betapapun baiknya semua persiapan ini telah dilakukan, kereta api itu tidak dapat bergerak seinci pun kea rah stasiun berikutnya kecuali apabila mesin uap telah di fungsikan yaitu, apabila kekuatan motif telah di pasok. Demikian juga, dalam organisasi motivasi menghidupkan kekuatan untuk tetap menggerakkan organisasi.

Nilai Orang ( Martabat Manusia)  Konsep ini berbeda dari ketiga unsure lainnya karena lebih mengandung filsafat etis ketimbang kesimpulan semantic. Konsep ini menegaskan bahwa orang-orang perlu dibedakan dari factor produksi lainnya karena mereka memang lebih tinggi dari semua hal dalam alam semesta. Oleh karena itu, mereka ingin dihormati sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, dan seyogyanya diperlakukan seperti itu. Setiap pekerjaan, betapa punsederhananya, memberikan hak kepada orang yang melakukannya untuk memperoleh penghormatan dan pengakuan selayaknya atas aspirasi dan kemampuan mereka. Konsep martabat manusia menolak gagasan kuno yang memandang para pegawai sebagai alat.
Filasafat etis tercermin dalam nurani umat manusia yang diperkuat oleh pengalaman orang-orang dalam semua katagori usia. Hal ini berkaitan dengan konsekuensi tindakan kita bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Ia mengakui bahwa kehidupan mengandung tujuan menyeluruh dan menerima integritas pribadi setiap orang. Karena perilaku organisasi selamanya melibatkan orang-orang, dalam setiap tindakan tercakup filsafat etis melalui berbagai cara. Keputusan manusia tidak dapat, dan seyogyanya tidak, dipisahkan dari nilai-nilai.

Hakikat Organisasi
Dalam hal organisasi, asumsi yang penting adalah bahwa organisasi merupakan system social dan dibentuk atas dasar kepentingan bersama.
Sistem Sosial  Dari sosiologi kita mengetahui bahwa organisasi adalah sistem sosial; konsekuensinya, aktivitas organisasi diatur oleh hukum sosial dan hukum psikologi. Sama halnya dengan manusia yang memiliki kebutuhan psikologis, organisasi juga memiliki peran dan status social. Perilaku organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu di dalam organisasi. Nyatanya, terdapat dua jenis system social yang tegak berdampingan dalam organisasi. Satu diantaranya adalah system social formal(resmi), dan yang lain adalah system social informal.
Eksistensi system social menyiratkan bahwa lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang berubah secara dinamis, dan bukan seperangkat hubungan yang statis seperti yang tergambar dalam bagan organisasi. Semua bagian system itu saling bergantung dan saling mempengaruhi. Segala sesuatunya berkaitan dengan segala sesuatu yang lain. Gagasan system social menyediakan kerangka untuk menganalisa isu perilaku organisasi. Gagasan ini membantu dalam memahami dan menanggulangi berbagai masalah perilaku organisasi.

Kepentingan Bersama  Kepentingan bersama diungkapkan melalui pernyataan “Organisasi memerlukan orang-orang, dan orang-orang juga membutuhkan organisasi”. Organisasi memiliki tujuan manusiawi. Organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kebersamaan kepentingan di kalangan anggotanya. Orang-orang memandang organisasi sebagai sarana untuk membantu mencapai tujuan mereka, sedangkan organisasi membutuhkan orang-orang untuk membantu pencapaian tujuan organisasi. Apabila tidak ada kebersamaan tidak masuk akal mencoba membentuk kelompok dan membina kerja sama, karena tidak ada landasan yang sama untuk membangun. Seperti yang terlihat pada gambar 1.4, kepentingan bersama menyediakan tujuan tinggi ( superordinate goal) yang memadukan semua upaya orang-orang dan kelompok. Hasilnya, mereka terdorong menanggulangi masalah organisasi dan bukan sebaliknya saling menjegal satu sama lain.
Tujuan         Pegawai
Tujuan tinggi yang timbul dari kepentingan bersama
Pencapaian Tujuan          Bersama
Pegawai
 

Tujuan Organisasi
Organisasi
                                                                                                                                                                                                 
Gambar 1.5. Kepentingan bersama menghasilkan tujuan tinggi bagi pegawai dan organisasi
 

Perilaku Organisasi Holistik
Apabila keenam konsep dasar perilaku organisasi dipertimbangkan bersama, keenamnya membentuk konsep bahasan holistic. Perilaku Organisasi Holistik menafsirkan hubungan orang-organisasi dalam hubungannya dengan  orang seutuhnya, kelompok seutuhnya, organisasi seutuhnya, dan system social secara keseluruhan. Konsep ini menyandang pandangan menyeluruh tentang orang-orang dalam organisasi untuk memahami sebanyak mungkin factor yang mempengaruhi perilaku mereka. Semua isu dianalisis dalam kaitannya dengan keseluruhan situasi yang mempengaruhinya, bukan dalam hubungannya dengan peristiwa atau masalah secara terpisah.
Konsep holistic diilustrasikan oleh kisah Jono Pergiwo, manajer bank. Masalah Jono tidak dapat dipahami dalam kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukannya pada saat itu. Manajernya harus mengkaji riwayat kerjanya, kebutuhan karier, investasi diluar bank, status anak-anak, dan berbagai factor lainnya. Dengan cara ini Jono dapat dibantu untuk menjadi efektif kembali. Inilah Perilaku Organisasi Holistik.


PENDEKATAN DASAR
Pendekatan Antardisiplin
Seperti yang terlihat dalam gambar 1.5, perilaku organisasi bersifat antardisiplin. Perilaku organisasi memadukan ilmu-ilmu social dan berbagai disiplin ilmu lainnya yang dapat menyumbangkan pada pokok bahasan ini. Perilaku organisasi menerapkan berbagai gagasan dari semua disiplin itu yang dapat meningkatkan hubungan orang dan organisasi. Sifatnya yang antar-disiplin itu serupa dengan ilmu kedokteran, yang menerapkan ilmu fisika, biologi, dan social ke dalam praktek kedokteran yang berhasil.
Perhatian berbagai ilmu social terhadap orang-orang adakalanya diungkapkan dengan istilah umum “Ilmu Perilaku”, yang mewakili tubuh pengetahuan yang sistematis tantang mengapa dan bagaimana orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Pembahasan ini secara khusus berusaha memadukan ilmu perilaku dengan organisasi formal. Telah dikemukakan bahwa pandangan organisasi formal memandang “organisasi tanpa orang”, sedangkan para ilmuwan perilaku berbicara tentang “orang tanpa organisasi”. Akan tetapi, organisasi harus memiliki orang, dan orang-orang yang berusaha mencapai tujuan harus memiliki organisasi; jadi, perlu menghimpun keduanya menjadi suatu unit kerja.

Pendekatan Sumber Daya Manusia ( Suportif)
Pendekatan sumber daya manusia berhubungan dengan perkembangan. Pendekatan ini menekankan perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan orang-orang untuk mencapai tingkat kemampuan, kreativitas dan pemenuhan yang lebih tinggi, karena orang-orang adalah sumber daya yang paling penting dalam organisasi dan masyarakat manapun. Hakikat pendekatan sumber daya manusia dapat dipahami dengan membandingkannya dengan pendekatan manajemen tradisional dalam awal tahun 1900-an. Dalam pendekatan tradisional, para manajer memutuskan hal-hal yang perlu dilakukan dan kemudian mengendalikan pegawai dengan ketat untuk memastikan pelaksanaan tugas. Para manajer mengarahkan dan mengendalikan.
Sebaliknya, pendekatan sumber daya manusia bersifat suportif. Pendekatan ini membantu pegawai untuk berprestasi lebih baik, menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dan kemudian berusaha menciptakan suasana di mana mereka dapat menyumbang sampai pada batas kemampuan yang mereka miliki. Diasumsikan bahwa meluasnya kemampuan dan kesempatan bagi orang-orang akan langsung mengarah pada peningkatan keefektifan pelaksanaan tugas. Kepuasan kerja juga akan timbul apabila para pegawai mendayagunakan kemampuan mereka sepenuhnya. Pada dasarnya, pendekatan sumber daya manusia berarti bahwa orang yang lebih baik akan mencapai hasil yang lebih baik pula. Sedikit banyaknya hal ini diilustrasikan dengan pepatah lama sebagai berikut:
Berikan ikan kepada seseorang, maka anda hanya member makan orang itu satu hari. Ajarkan seseorang memancing ikan, maka Anda member makan orang itu seumur hidupnya.
Sebutan lain bagi pendekatan sumber daya manusia adalah pendekatan suportif, karena perananmanajer yang semula mengendalikan pegawai berubah menjadi mendukung pertumbuhan dan prestasi mereka. Model perilaku organisasi yang suportif ini dibahas dalam Bab berikutnya.

Pendekatan Kontingensi
Manajemen tradisional berdasar pada berbagai prinsip untuk menyediakan “satu cara mengelola yang terbaik”. Ada cara yang tepat untuk mengorganisasi, mendelegasikan, dan membagi pekerjaan. Cara yang dipandang terbaik diterapkan tanpa memperhatikan jenis organisasi atau situasi yang terlibat. Prinsip-prinsip manajemen dipandang bersifat universal. Pada saat bidang perilaku organisasi berkembang, banyak pengikutnya yang juga mendukung konsep universalitas. Gagasan perilaku dipandang berlaku dalam situasi apapun. Sebagai contoh, kepemimpinan yang berorientasi pegawai secara konsisten dipandang lebih baik ketimbang kepemimpinan yang berorientasi tugas, apapun keadaannya. Ada kalanya pengecualian mungkin diakui, tetapi gagasannya kurang lebih universal.
Pandangan yang lebih diterima adalah bahwa hanya sedikit konsep yang berlaku umum yang dapat diterapkan dalam semua hal. Situasinya jauh lebih rumit ketimbang yang semula dipersepsikan, dan berbagai variable yang berbeda mungkin menghendaki pendekatan perilaku yang berbeda pula. Hasilnya adalah pendekatan kontingensi dalam perilaku organisasi, yang berarti bahwa lingkungan yang berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk mencapai keefektifan.
Tidak ada lagi satu cara terbaik, setiap situasi harus dianalisa dengan seksama untuk menentukan berbagai variable penting yang ada guna menetapkan jenis praktek yang akan lebih efektif. Kekuatan pendekatan kontingensi adalah bahwa ia mendorong analisa situasi sebelum diambil tindakan dan pada saat yang sama berusaha menghilangkan praktek kebiasaan yang didasarkan atas asumsi universal tentang orang. Pendekatan kontingensi juga lebih bersifat antardisiplin, lebih berorientasi system, dan lebih berorientasi penelitian ketimbang pendekatan tradisional. Dengan demikian, pendekatan ini membantu untuk menggunakan semua pengetahuan mutakhir tentang organisasi dengan cara yang paling tepat karena tindakan yang tepat bergantung pada variable situasional.
Pendekatan Produktivitas
Hampir seluruh organisasi memiliki tujuan produktivitas, jadi gagasan ini  merupakan benang merah yang dirajut melalui perilaku organisasi. Produktivitas adalah  rasio yang membandingkan unit keluaran ( output unit)dengan unit masulan           ( input unit). Apabila lebih banyak keluaran yang dapat dihasilkan dari jumlah masukan yang sama, maka produktivitas meningkat. Atau apabila lebih sedikit masukan yang dapat digunakan untuk menghasilkan jumlah keluaran yang sama, maka produktivitas telah meningkat. Gagasan tentang produktivitas tidak berarti bahwa kita harus menghasilkan keluaran lebih besar; melainkan, ia merupakan ukuran tentang seberapa efisien kita dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan. Konsekuensinya, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang bernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat. Ini berarti bahwa lebih sedikit yang digunakan untuk menghasilkan setiap unit keluaran. Semakin berkurang pemborosan sumber daya dan semakin lebih baik pula pelestariannya.
Produktivitas acap kali diukur dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomi, tetapi masukan manusia dan social juga merupakan hal yang penting. Sebagai contoh, apabila perilaku organnisasiyang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan kerja, akan dihasilkan keluaran manusia atau maslahat. Dengan cara yang sama, apabila program pengembangan pegawai menghasilkan anggota masyarakat yang lebih baik, maka tercapai keluaran yang bermanfaat bagi masyarakat. Keputusan perilaku organisasi secara khas melibatkan isu manusia, social, dan/atau ekonomi, jadi produktivitas biasanya merupakan bagian penting darinya dan akan dibahas berikutnya.

Pendekatan Sistem
 Secara konseptual system menyiratkan bahwa dalam organisasi terdapat banyak variable yang saling mempengaruhi dalam hubungan yang rumit. Suatu peristiwa yang tampaknya mempengaruhi satu orang atau satu departemen, sebenarnya mungkin memiliki pengaruh yang penting di tempat-tempat lain dalam organisasi. Ini berarti bahwa dalam mengambil tindakan para manajer harus mengkaji hal-hal di luar situasi langsung untuk menentukan dampaknya terhadap system yang lebih besar.
Seringkali dampak negative dan dampak positif timbul dari tindakan perilaku, jadi perlu dilakukan analisis bea-maslahat ( cost benefit analisys) untuk menentukan apakah suatu tindakan akan menghasilkan dampak positif atau dampak negative. Tidak lagi memadai dengan hanya mengkaji maslahat ( benefit), karena mungkin terdapat juga bea atau kerugian (cost) pada bagian lain dari system. Hal ini digambarkan dalam pengalaman seorang penyelia yang berikut:
Dalam departemen kain pelapis dari sebuah pabrik furniture, seorang penyelia tidak mengizinkan seorang pegawai untuk mengambil cuti tanpa bayaran agar dapat menghadiri upacara penguburan sepupunya yang meninggal di sebuah kota yang berjarak 250 kilometer dari tempatnya bekerja. Pegawai itu menyatakan bahwa hubungan kekeluargaan yang khusus dengan sepupunya itu memerlukan kehadirannya dan karenanya ia tidak masuk kerja selama dua hari tanpa izin. Ketika ia kembali, sang penyelia mendisiplinkannya dengan menskors satu hari kerja tanpa bayaran. Para pegawai di departemen lain mendengar peristiwa itu, dan mereka merasa bahwa tindakan pendisiplinan itu tidak pantas; akibatnya semua pegawai mengungkapkan perasaan mereka dengan melakukan pemogokan liar, dan mengancam bahwa mereka akan tetap tidak masuk kerja sampai penyelia itu membatalkan hukumannya. Penyelia itu tidak menyadari bahwa tindakan di departemennya dapat mempengaruhi system pabrik yang lebih besar.

IKHTISAR
Perilaku Organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana tindakan orang-orang dalam organisasi. Unsur pokoknya adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan luar. Ditinjau dari sudut pandang administrasi, para manajer menerapkan perilaku organisasi untuk menciptakan suasana dimana orang-orang termotivasi untuk bekerja sama dan menjadi yang lebih efektif. Hasilnya adalah system imbalan rangkap tiga yang menyatukan tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat.
Dari tahun 1930-an sampai tahun 1960-an perilaku organisasi lebih dikenal dengan sebutan hubungan manusiawi, berdasarkan penelitian Mayo dan Roethlisberger yang dimulai dalam tahun 1920-an di Western Electric Compeny. Filsafat dasar konsep perilaku organisasi berkaitan dengan hakikat manusia                       ( perbedaan individu perilaku termotivasi, dan nilai orang) dan hakikat organisasi                ( sistem sosial dan kepentingan bersama). Hasilnya adalah konsep holistic tentang perilaku organisasi. Pemahaman konsep ini dibantu dengan menggunakan pendekatan antardisiplin ilmu, sumber daya manusia, kontingensi dan pendekatan system.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar