ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PROYEK
( Administrasi Proyek Pemerintah
Daerah)
KEPPRES No 80 Th 2003 dan Perubahannya
Robbins
(1983:9) mengemukakan bahwa:
”Administration in the universal process of efficiency
getting activities completed with and through other people”
Waldo (2005:18)
mendefinisikan:
”Administrasi
Negara sebagai suatu organisasi dan manajemen manusia dalam pemerintahan guna
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, administrasi Negara
merupakan suatu seni dan ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk
mengatur urusan-urusan Negara”.
Siagian
(1994:3) memberikan pengertian bahwa:
”
Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dua
orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk kerjasama demi tercapainya
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
PENDAHULUAN
Hakikat Administrasi Dan Manajemen Proyek
Berbicara
mengenai proyek maka tidak akan terlepas dari faktor utamanya yaitu tentang faktor penerimaan dan pengeluaran
atau pembiayaan. Semua kegiatan pemerintah selalu membutuhkan pembiayaan dan
ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal dari penerimaan rutin
maupun penerimaan pembangunan. Demikian pula kegiatan pemerintah dibedakan
menjadi kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan.
Hal
yang dinilai positif dalam hal penggunaan anggaran belanja apabila anggaran
belanja pembangunan lebih besar daripada anggaran belanja rutin. Hal ini
mengindikasikan bahwa anggaran belanja yang demikian sangat bermanfaat untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi Negara. Walaupun anggaran belanja rutin
dikatakan bersifat konsumtif, tetapi anggaran belanja rutin itu tidak berarti
tidak diperlukan, apalagi karena ini sangat berguna dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan. Jadi anggaran rutin bersifat dapat lebih meningkatkan kemampuan
membangun karena memang pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan tersebut juga para pelaksana kegiatan-kegiatan rutin,
dan hasil dari kegiatan rutin itu sangat berguna untuk menunjang kegiatan
pembangunan serta pengeluaran rutin meningkat sejalan dengan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang semakin berhasil.
Anggaran
belanja pembangunan disusun untuk mencerminkan pola-pola kebijakan,
prioritas-prioritas dan program-program pembangunan untuk setiap tahun
anggaran. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan penyediaan biaya terarah kepada
pelaksanaan suatu program dan setiap program diperinci dalam proyek-proyek.
Anggaran
belanja pembangunan disusun atas dasar perkiraan penerimaan Negara dan tabungan
pemerintah serta penerimaan pembangunan ( Walaupun anggaran belanja harus
disusun atas perkiraan anggaran penerimaan rutin dan bantuan luar negri yang
akan dapat diterima, tetapi anggaran belanja harus mampu meningkatkan
pendapatan nasional dengan laju yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan
penduduk agar pendapatan per kapita dapat meningkat).
Dalam
melihat bagaimana dampak anggaran belanja pembangunan itu terhadap pertumbuhan
ekonomi dan struktur perekonomian Negara kita, maka kita dapat melihat pada
alokasi sektoral dari anggaran belanja itu. Pembagian sektoral dari anggaran
belanja rutin biasanya sama dengan pembagian sektoral dalam anggaran belanja
pembangunan.
Perubahan
dalam bobot alokasi anggaran pembangunan akan membawa konsekuensi perubahan
dalam struktur perekonomian. Sebagai contoh, perekonomian Indonesia yang semula
lebih dicirikan sebagai perekonomian agraris berangsur-angsur akan berubah
menjadi perekonomian industri dan ini akan tercermin dalam angka-angka sektoral
dari pendapatan nasional Indonesia, dimana pada 1969, sektor pertanian
menyumbang 46,9 persen terhadap produk domestik nasional bruto atas dasar harga
konstan, dan 38,7 persen pada tahun 1974, 32 persen pada tahun 1979 dan 29,8
persen pada tahun 1982, sedangkan sektor-sektor yang lain justru mengalami
peningkatan dalam sumbangannya terhadap pembentukan produk domestik nasional
bruto.
Dengan
struktur perekonomian yang baru ini maka strategi kebijakan anggaran pendapatan
dan belanja Negara harus di sesuaikan dengan melihat sektor-sektor mana yang
memiliki potensi sebagai sumber penerimaan Negara yang utama serta
sektor-sektor mana yang harus lebih didorong perkembangannya guna mencapai
masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila.
Berbicara
Program, maka kita akan berhubungan dengan proyek-proyek.
Berbicara
mengenai proyek maka yang utama adalah yang berkaitan dengan perihal manfaat
dari proyek tersebut antara lain :
1.
Macam
manfaat dan biaya suatu proyek.
Manfaat
dan biaya dari suatu proyek dapat dibedakan antara “manfaat dan biaya riil” ( real benefit and costs) dan “manfaat dan
biaya semu”(pecuniary benefit and sosts).
a.
Manfaat riil adalah manfaat yang timbul
bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi fihak lain.
Demikian pula biaya riil adalah biaya yang sungguh-sungguh ada dalam masyarakat
dan tidak diimbangi oleh pengurangan beban biaya bagi pihak lain. Selanjutnya
manfaat semu adalah manfaat yang timbul dari suatu proyek dan diterima oleh
sekelompok orang tertentu, tetapi ada sekelompok orang lain yang menjadi
menderita karena adanya proyek tersebut. Manfaat semu ini tidak diperhitungkan
dalam perhitungan manfaat dan biaya proyek, sedangkan manfaat riil
diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.
b.
Perbedaan lebih lanjut terhadap manfaat dan
biaya riil dari suatu proyek adalah antara manfaat dan biaya langsung ( direct benefits and costs) dengan
manfaat dan biaya tidak langsung ( indirect
benefits and costs).
Manfaat
dan biaya langsung adalah manfaat dan biaya yang dekat hubungannya dengan
tujuan utama dari suatu proyek. Sedangkan manfaat dan biaya tidak langsung dari
suatu proyek adalah lebih merupakan hasil sampingan dari proyek tersebut.
Manfaat
dan biaya langsung disebut juga sebagai manfaat dan biaya primer ( primary benefits and primary costs),
sedangkan manfaat dan biaya tidak langsung itu disebut manfaat dan biaya
sekunder ( secondary benefits and secondary costs).
c.
Manfaat dan biaya riil dibedakan pula
menjadi manfaat dan biaya yang “tangible”(
yang dapat diraba), dan yang “intangible”(
yang tidak dapat diraba). Istilah dapat diraba diterapkan bagi manfaat dan
biaya yang dapat dinilai di pasar, sedangkan manfaat dan biaya yang tidak dapat
diraba adalah yang tidak dapat dipasarkan. Manfaat dan biaya social tergolong
dalam kategori manfaat yang tidak dapat dipasarkan sehingga termasuk manfaat
dan biaya yang tidak dapat diraba ( intangible benefits and intangible costs). Keindahan dari suatu
bendungan merupakan contoh dari “intangible
benefits”, sedangkan kenaikan produksi pertanian karena tersedianya air
yang cukup sepanjang tahun sebagai akibat pembangunan bendungan itu merupakan”tangible benefits”. Demikian pula biaya
pembangunan bendungan dapat dipakai sebagai contoh dari “tangible costs” sedangkan hilangnya pemandangan hutan yang diganti
dengan danau buatan merupakan”intangible
costs”. Meskipun manfaat dan biaya yang tidak dapat dipasarkan sulit
dihitung, tetapi harus dipertimbangkan dalam perhitungan manfaat dan biaya
suatu proyek.
d.
Di samping perbedaan di atas, manfaat dan
biaya riil dapat pula dibedakan menjadi manfaat dan biaya”internal” dan
“eksternal”.
Suatu
proyek di suatu daerah ( Kabupaten misalnya) dapat menghasilkan manfaat dan
biaya di dalam kabupaten itu sendiri (internal
benefits and internal costs), tapi dapat pula memberikan manfaat dan
biaya/pengorbanan di kabupaten lain ( eksternal
benefits and eksternal costs). Kedua macam manfaat dan biaya ini harus
diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.
Analisa Manfaat dan
Biaya (AMB) ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Analisa ini digunakan
untuk mengevaluasi proyek-proyek yang khususnya proyek pemerintah. Konsep AMB
sangat sederhana yaitu: Mengenali manfaat (benefits)
dan biaya (costs) atas suatu proyek,
kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Apabila nilai
manfaat lebih besar dari nilai biaya, maka proyek itu akan menuju ke lokasi
sumber yang efisien. Kesulitan yang dihadapi ialah secara konseptual, AMB
seperti diuraikan di atas adalah sangat sederhana, tetapi dalam pelaksanaannya
akan banyak mendapat kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut berhubungan
dengan:
a.
Bagaimana mengenal dan mengukur manfaat
b.
Bagaimana mengenal dan mengukur biaya, dan
c.
Bagaimana menentukan waktu dan tingkat
diskonto (discounting rate
2. Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu
Proyek
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam analisa ini adalah:
a.
Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang
dan jasa apa yang akan diperoleh dari proyek itu.
b.
Menyatakan dampak dari proyek tersebut
secara kuantitatif.
Biasanya
langkah kedua menjadi sangat sulit, sebab berhubungan dengan bagaimana kita
mengukur manfaat. Untuk itu digunakan pendekatan sebesar nilai rupiah yang
secara maksimum orang-orang bersedia membayarnya karena memanfaatkan jasa-jasa
proyek itu.
Dengan
adanya masalah penunggang bebas (free rider), maka kita tidak dapat
secara tepat meneliti siapa yang akan memanfaatkan proyek. Kesulitan yang lain
adalah untuk membedakan manfaat langsung (direct
benefits) dan manfaat tidak langsung (indirect
benefits). Sering terjadi pula adanya penyimpangan-penyimpangan (error), sehingga timbul perhitungan
ganda dalam menghitung manfaat suatu proyek.
3. Mengenal Dan Mengukur Biaya Proyek
Konsekuensi
dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan, yang merupakan biaya dari
proyek tersebut. Penggunaan sumberdaya yang terlibat dalam pembangunan suatu
proyek, akan meliputi pula ”opportunity costs”
dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa produktif pada sektor lain.
Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh lebih mudah daripada
dalam menghitung manfaat, namun tetap tidak terlepas dari adanya kesulitan,
misalnya timbul perhitungan ganda ( double
counting). Suatu proyek mungkin memiliki dampak terhadap suatu daerah
tertentu, sedangkan proyek lain juga mempunyai dampak terhadap daerah tersebut.
Misalnya sulit memisahkan antara dampak proyek Bangun Desa dan Program BIMAS
terhadap kenaikan produksi padi di daerah kelurahan Keduh Poh di Gunung Kidul.
Dalam menghitung biaya suatu proyek biasanya hanya diperhatikan lokasi dimana
proyek itu berada, namun sesungguhnya biaya ini tersebar keseluruh
perekonomian. Misalnya jika pembiayaan
proyek tersebut diambil dari pajak, sedangkan pajak itu akan mempunyai pengaruh
terhadap perekonomian secara makro, maka kalau dampak biaya suatu proyek
diperhitungkan juga secara makro akan timbul kesulitan dalam memperkirakannya.
4. Menetukan Waktu Dan Bunga Diskonto
Manfaat suatu proyek
biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu selesai dan proyek itu
akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-tahun yang akan
datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau tingkat
bunga ( discount rate) dan juga
menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu proyek secara ekonomis sudah
tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih berfungsi atau sebaliknya.
Proyek infrastruktur sperti tol apakah dapat dikategorikan proyek semu ? Mengingat manfaat tidak signifikan dari modal yang sudah ditanam
BalasHapus